Jumat, 26 Juli 2013

Akhir Hayat Wanita Sholehah

Seberkas Cahaya Putih di Depan Mata Sigit, Menggantikan Kabut Hitam. Kedatangan Cahaya Putih yang Telah Menggantikan Kabut Hitam itu Lantaran Mbah Putri itu Meninggal dalam Keadaan Baik Usai Shalat Maghrib.

Cerita ini di ambil dari Majalah Hidayah Juni 2008.

Meninggal Khusnul Hotimah
Empat tahun yang lalu. Malam serasa pelan. Senja pun sudah berganti gelap sejak adzan maghrib bergema. Lampu-lampu pun dinyalakan, termasuk lampu di rumah Sigit yang terletak diperumahan Ciomas, Bogor. Tapi rintik yang turun sejak siang hari itu, telah mengubah suasana perumahan seakan menjadi lengang.

Tidak ada anak-anak yang bermain. Tidak ada lalu-lalang orang, kecuali satu dua orang yang pulang dari tempat kerja. Selebihnya, warga memilih tinggal dirumah. Sementara mendung di cakrawala serupa alumunium. Putih keperakan dan hujan masih turun, meninggalkan sisa embun di kaca.

Hari itu sebenarnya Sigit berencana pulang kampung ke Banjarnegara bersama istri dan anak-anaknya. Tetapi karena anak bungsunya tiba-tiba di serang demam, akhirnya ia mengurungkan niat. Hujan masih turun. Seiring dengan butir-butir hujan yang turun dari langit, Sigit merasa digelayuti perasaan yang tidak enak. Sekalipun ia sudah mengabarkan pembatalan pulang ke kampung, tetap saja ada sebongkah perasaan aneh yang mengganjal di hati.

Waktu maghrib berlalu. Setelah keluarga kecil itu usai menunaikan ibadah sholat maghrib, Sigit dan istrinya duduk diruang tengah melepas lelah. Sesekali ia melihat anaknya yang dibalut selimut tebal. Saat memasuki waktu isya' tiba-tiba telpon diruang tengah berdering. Istri Sigit yang kebetulan duduk dekat meja telpon, mengangkat gagang telepon. Dari tempat duduknya, Sigit menatap wajah istri menjawab salam. Tapi Sigit tiba-tiba dikejutkan dengan raut muka istrinya yang berubah seraya dari bibir istrinya terucap, "Innalillahi wa inna Lillahi roji'un".

 Sigit tersentak kaget dan dadanya bergemuruh. "Siapa yang meninggal, Bu? tanya sigit dengan penasaran.
"Mbah putri sudah tiada Mas". Jawab sang istri dengan lembut.

Seketika itu, mata sigit diselimuti kelam mala. Kabut yang serupa bayangan hitam menutupi tatapan matanya menerawang ke masa lalu yang pernah ia lewati, saat ia mengunjungi rumah sang nenek. Tetapi kini neneknya telah tiada. Maka air mata Sigit menitik membasahi pipi dan wajahnya. Wajah nenek Sigit membayang jelas, menari-nari di pelupuk matanya. Ia pun terjerat kenangan masa silam, ketika masih kecil dan dekat dengan Mbah putri.

Tapi kabut hitam di sudut matanya itu mendadak sirna, tatkala sang istri menimpali "Mas, Mbah putri meninggal seusai sholat maghrib, masih menggunakan mukena dan meniggal di atas sajadahnya...".
Seberkas cahaya putih berpendar di depan mata Sigit, menggantikan kabut hitam. Kedatangan cahaya putih yang telah menggantikan kabut hitam itu lantaran Mbah Putri meninggal dalam keadaan baik usai sholat maghrib.

Meski sedih, tapi di hati Sigit merasa lega. "Bukankan segenap uamt islam di seluruh dunia mengimpikan meninggal dalam keadaan baik, ketika menjalankan ibadah kepada Allah?" Ya, itulah impian setiap umat muslim ingin Hidup Bahagia dan Meninggal Khusnul Hotimah.

Semoga kita semua selalui terlindungan dalam kebaikan sampai akhir hayat. Amin...



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates